Virtual Kelas Santri Attaqwa Putri Bekasi
Membangun Kelas Kolaborasi Santri Attaqwa Putri Bekasi
Susan Sovia
KH. Noer Ali (1914-1992)
Dalam kelas virtual bersama santri, kami mendiskusikan santri era global meneladani perjuangan KH. Noer Ali. Dikisahkan dalam sejarah, bagaimana KH. Noer Ali punya keinginan yang kuat untuk belajar ke luar negeri (Mekkah). Untuk membiayai pendidikan KH. Noer Ali, ayahnya H. Anwar bin Layu yang profesinya sebagai petani harus meminjam uang ke Wat Siong seorang saudagar tanah. (https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/02/12/pmsv1k458-kh-noer-ali-sang-singa-karawangbekasi). Jika KH. Noer Ali yang usianya masih belasan tahun, dengan segala keterbatasan dan kondisi Indonesia yang saat itu sedang di jajah bisa sampai ke Mekkah, apalagi santri Attaqwa, harus bisa menjadi santri yang “meng-global”, memanfaatkan akses informasi, mencari beasiswa yang banyak ditawarkan, dan kemauan untuk belajar dan meraih kesempatan.Selain itu, untuk menghadapi era
global santri harus memiliki kemampuan interpersonal bagaimana berhubungan
dengan orang lain. Dalam sejarahnya, KH Noer Ali pandai memanfaatkan waktu,
beliau tidak hanya menuntut ilmu tetapi
juga aktif di organisasi sehingga memiliki pergaulan yang melibatkan
orang-orang dari berbagai negara yang ada di Mekkah serta memiliki networking
yang luas. Di ceritakan juga bahwa KH. Noer Ali pandai bergaul dengan siapapun,
termasuk dengan orang yang memiliki pandangan agama dan politik yang berbeda, beliau
juga dikenal orang yang humanis dan toleran. Sekarang ini zamannya media sosial,
maka santri harus pandai memanfaatkan medsos untuk membangun jejaring, belajar
hal-hal yang positif dan bermanfaat. Bukan untuk “nyiyir” atau menghujat karena
tak sependapat.
Comments
Post a Comment